BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mineralogi
adalah senyawa alamiyang terbentuk melalui peoses geologi. Istilah meniralogi
termasuk tidah hanya bahan komposisi alami tetapi juga stuktur mineral. Mineral
juga dapat diartikan sebagai bahan padat organic yang terdapat secara alamiah,
yang terdiri dari unsure-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana
ataom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis. Mineral
dapat kita jumpai dimana-mana disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan,
tanah, atau pasir yang di endapkan pada dasar sungai. Mineral, kecuali beberapa
jenis. Memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya. Sebagai
perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya
memungkinkan mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan
sebagai bentuk-bentuk yang teratur dikenal sebagai “ kristal’.
Dengan
demikian KristaL secara definisi sebagai bahan padat yang homogen yang memilki
pola internal susunan tiga demensi yang teratur. Studi yang khusus dipelajari
sifat-sifat, bentuk susunan, dan cara-cara terjadi bahan padat tersebut
dinamakan kristalografi. Pengetahuan tentang mineral merupakan syarat mutlak
untuk mempelajari bagian padat dari bumi ini, yang terdiri dari batuan. Untuk
mempelajari stuktur batuan sebaiknya harus mengenal lebih dahulu Kristal dan
mineral pembentukan batuan tersebut, oleh karena beberapa hal yang sangat
penting di atas maka makalah ini ini di buat untuk mengenal lebih jauh atau
memperdalam ilmu pengetahuan tentang mineral.
B. Rumusan
Masalah
1. Menjelaskan
pengertian mineral dan sifar-sifat dari mineral
2. Menguraikan
tentang proses pembentukan mineral
C.
Tujuan Penulisan Makalah
1. Menjelaskan pengertian mineral dan
sifar-sifat dari mineral
2. Menguraikan tentang proses
pembentukan mineral
BAB II
PENGENALAN MINERAL
A. Pengertian Mineral
Dalam mendefinisikan mineral, hingga
saat ini masih belum didapatkan kepastian untuk menerangkan pengertian dari
mineral tersebut. Karena memang belum didapatkan kesamaan pendapat oleh para
ahli tentang hal ini. Namun pada umumnya dikenal dua defenisi mineral, defenisi
klasik yang disimpulkan sebelum tahun 1977 dan defenisi kompilasi yang
disimpulkan setelah tahun 1977.
Menurut defenisi klasik, mineral
adalah suatu benda padat anorganik yang terbentuk secara alami, bersifat
homogen, yang mempunyai bentuk kristal dan rumus kimia yang tetap. Dan menurut
defenisi kompilasi, mineral Madalah suatu zat yang terdapat dialam dengan
komposisi kimia yang khas, bersifat homogen, memiliki sifat-sifat fisik dan
umumnya berbentuk kristalin yang mempunyai bentuk geometris tertentu.
Hal yang membedakan kedua defenisi
tersebut adalah pada defenisi klasik, yang termasuk mineral hanyalah benda atau
zat padat saja. Dan pada defenisi kompilasi, mineral mempunyai ruang limgkup
yang lebih luas karena mencakup semua zat yang ada dialam yang memenuhi
syarat-syarat dalam pengertian tersebut. Hal ini salah satunya disebabkan
karena ada beberapa bahan yang terbentuk karena penguraian atau perubahan
sia-sisa tumbuhan dan hewan secara alamiah juga digolongkan kedalam mineral,
seperti batubara, minyak bumi dan tanah diatome. Mineral termasuk dalam
komposisi unsur murni dan garam-garam sederhana sampai silikat yang sangat
kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak
termasuk).
Mineralogi adalah ilmu yang
mempelajari segala sesuatu tentang mineral. Mulai dari pembagian atau
penggolongan mineral, pengenalan sifat-sifat mineral, pendeskripsian mineral
dan semua hal yang berkaitan dengan mineral.
Untuk mempelajari tentang mineral,
tentu harus terlebih dahulu mengetahui sifat-sifat yang ada pada mineral
tersebut. Ada beberapa sifat mineral, yaitu sifat fisik secara teoritis dan
sifat fisik secara determinasi (laboratorium). Sifat fisik secara teori hanya
bisa menggambarkan sebagian dari sifat-sifat mineral dan tidak dapat digunakan
sebagai pedoman untuk menentukan atau membedakan mineral-mineral yang ada,
karena hanya terdapat pada sebagian mineral saja. Adapaun sifat-sifat mineral
secara teori tersebut adalah :
1. Suhu Kohesi
Sifat kohesi mineral adalah
kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom pada sebuah mineral. Pada mineral,
antar mineral-mineral yang sejenis, akan mempunyai daya tarik-menarik yang
menyebabkan mineral-mineral tersebut cenderung akan terkumpul dalam suatu
jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal ini disebabkan oleh susunan atom-atom
atau komposisi kimia dalam mineral yang tetap. Daya tarik-menarik ini juga
dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang mempengaruhi daya tarik-menarik atau
kohesi ini disebut suhu kohesi.
2. Reaksi Terhadap Cahaya
Mineral cenderung akan bereaksi
terhadap cahaya yang dating atau dikenai padanya. Reaksi ini pada umumnya dapat
terlihat oleh mata kita. Namun, sifat ini tidak dapat dijadikan penentu untuk
membedakan mineral. Karena kecenderungan timbulnya reaksi yang sama pada
mineral-minera bila terkena cahaya. Reaksi-reaksi yang terjadi pada mineral
akan menimbulkan atau menampakkan sifat fisik mineral secara determinasi
seperti warna, gores, kilap, transparansi dan perputaran warna.
3. Perawakan Kristal
Perawakan kristal pada mineral
diartikan sebagai kenampakkan sekelompok mineral yang sama yang tumbuh secara
tidak sempurna karena ada gangguan dari sumber utama mineral maupun gangguan
dari lingkungan tempat terjadinya mineral, sehingga mineral tidak terbentuk
dengan sempurna yang menyebabkan ada perbedaan bentuk dan ukuran mineral.
Kenampakkan tersebut sering disebut sebagai struktur mineral.
4. Sifat Kelistrikan
Sifat kelistrikan pada mineral
adalah kemampuan mineral untuk menerima dan juga meneruskan aliran listrik yang
dikenakan padanya. Pada mineral hanya ada dua jenis sifat kelistrikan. Yaitu,
yang dapat menghantarkan listrik (konduktor) dan yang tidak dapat menghantarkan
listrik (isolator).
5. Sifat Radioaktivitas
Sifat Radioaktivitas mineral tercermin
dari unsur-unsur kimia yang ada dalam mineral tersebut yang unsure-unsur
tersebut dapat mengeluarkan sinar-sinar α, β, dan γ. Ada mineral-mineral
unsure-unsur yang dapat bersifat radioaktiv seperti Uranium(U), Radium(Ra),
Thorium(Th), Plumbum(Pb), Vanadium(V) dan Kalium(K). Biasanya, mineral_mineral
yang bersifat radioaktiv dijumpai dalam mineral-mineral ikutan atau
mineral-minera yang terbetas jumlahnya. Kegunaan dari mineral-mineral
radioaktiv adalah dapat digunakan sebagai sumber energi dan dapat juga
digunakan untuk mengukur waktu Geologi dengan cara menghitung waktu paruhnya
(half time).
6. Gejala Emisi Cahaya
Gejala emisi cahaya adalah gejala
sumber cahaya yang dihasilkan dalam proses-proses tertentu. Misalnya, proses
radiasi dan keluarnya sinar Ultraviolet. Mineral Phospor yang pada waktu malam
mengeluarkan cahaya adalah contoh emisi cahaya yang terus-menerus, demikian
juga halnya yang terjadi pada mineral Radium(Ra). Cahaya tersebut merupakan
gelombang cahaya yang dikeluarkan oleh mineral, dimana panjang gelombang cahaya
tersebut lebih panjang daripada gelombang cahaya biasa. Hanya ada beberapa
mineral yang dapat menimbulkan emisi cahaya seperti Phospor, Radium dan
Flouride.
7. Bau dan Rasa
Bau pada mineral dapat diamati jika
bentuk fisik mineral tersebut dapat diubah menjadi gas. Jenis-jenis bau mineral
adalah:
ü Bau Sulforous adalah bau yang
seperti bau Sulfur(S).
ü Bau Bituminous adalah bau yang
seperti Ter
Bau Argillerous adalah bau seperti
lempung(tanah).
Seperti halnya bau, rasa pada mineral hanya dapat diamati
jika bentuk fisik mineral diubah menjadi cair. Berikut adalah jenis-jenis rasa
pada mineral :
ü Rasa Saline atau rasa seperti
garam(asin).
ü Rasa Alkaline atau rasa seperti
logam atau soda.
ü Rasa Witter atau rasa pahit.
Setiap mineral yang dapat membesar
tanpa gangguan akan memperkembangkan bentuk kristalnya yang khas, yaitu suatu
wajah lahiriah yang dihasilkan struktur kristalen (bentuk kristal). Ada mineral
dalam keadaanAmorf, yang artinya tak mempunyai bangunan dan susunan
kristal sendiri (misalnya kaca & opal). Tiap-tiap pengkristalan akan makin
bagus hasilnya jika berlangsungnya proses itu makin tenang dan lambat.
B. Proses Pembentukan Mineral
Proses pembentukan mineral-mineral
baik yang memiliki nilai ekonomis, maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat
perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses pembentukan, keterdapatan serta
pemanfaatan dari mineral-mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis dapat
diketahui bagaimana keberadaannya dan keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi
mineralnya yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa proses
eksplorasi, penyelidikan, pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa
keberadaan suatu mineral tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat
berpengaruh, antara lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur kimia, aspek
biologis dan fisika.
Secara umum, proses pembentukan
mineral, baik jenis logam maupun non-logam dapat terbentuk karena proses
mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma, dan mineral ekonomis selain
karena aktivitas magma, juga dapat dihasilkan dari proses alterasi, yaitu
mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor. Pada
proses pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan alterasi tidak terlepas
dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya akan dibahas lebih detail untuk
setiap jenis pembentukan mineral.
Adapun menurut M. Bateman, maka
proses pembentukan mineral dapat dibagi atas beberapa proses yang menghasilkan
jenis mineral tertentu, baik yang bernilai ekonomis maupun mineral yang hanya
bersifat sebagai gangue mineral.
Gambar 2.1 Siklus Batuan dan Mineral
1. Proses Magmatis
Proses ini sebagian besar berasal
dari magma primer yang bersifat ultra basa, lalu mengalami pendinginan dan
pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan bijih. Pada temperatur tinggi
(>600˚C) stadium liquido magmatis mulai membentuk mineral-mineral, baik
logam maupun non-logam. Asosiasi mineral yang terbentuk sesuai dengan
temperatur pendinginan saat itu. Proses magmatis ini dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu :
1. Early magmatis, yang terbagi atas:
ü Disseminated, contohnya Intan
ü Segregasi, contohnya Crhomite
ü Injeksi, Contohnya Kiruna
2. Late magmatis, yang terbagi atas:
ü Residual liquid segregation,
contohnya magmatis Taberg
ü Residual liquid injection, contohnya
magmatis Adirondack
ü Immiscible liquid segregation,
contohnya sulfide Insizwa
ü Immiscible liquid injection,
contohnya Vlackfontein
2. Proses Pegmatisme
Setelah proses pembentukan magmatis,
larutan sisa magma (larutan pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas.
Stadium endapan ini berkisar antara 600˚C sampai 450˚C berupa larutan magma
sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.
3. Proses Pneumatolisis
Setelah temperatur mulai turun,
antara 550-450˚C, akumulasi gas mulai membentuk jebakan pneumatolisis dan
tinggal larutan sisa magma makin encer. Unsur volatile akan bergerak menerobos
batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya, kemudian akan
membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi unsur
volatile tersebut dengan batuan-batuan yang diterobosnya sehingga terbentuk
endapan mineral yang disebut mineral pneumatolitis.
4. Proses Hydrotermal
Merupakan proses pembentuk mineral
yang terjadi oleh pengaruh temperatur dan tekanan yang sangat rendah, dan
larutan magma yang terbentuk sebelumnya. Secara garis besar, endapan mineral
hydrothermal dapat dibagi atas :
1. Endapan hipotermal, ciri-cirinya adalah :
ü Tekanan dan temperatur pembekuan
relatif tinggi.
ü Endapan berupa urat-urat dan korok
yang berasosiasi dengan intrusi dengan kedalaman yang besar.
ü Asosiasi mineral berupa sulfides,
misalnya Pyrite, Calcopyrite, Galena dan Spalerite serta oksida besi.
ü Pada intrusi Granit sering berupa
endapan logam Au, Pb, Sn, W dan Z.
2. Endapan mesotermal, yang ciri-cirinya :
ü Tekanan dan temperatur yang berpengaruh
lebih rendah daripada endapan hipotermal.
ü Endapannya berasosiasi dengan batuan
beku asam-basa dan dekat dengan permukaan bumi.
ü Tekstur akibat “cavity filling”
jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses penggantian antara lain
berupa “crustification” dan “banding”.
ü Asosiasi mineralnya berupa sulfide,
misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan Oksida Sn.
ü Proses pengayaan sering terjadi.
3. Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut :
ü Tekanan dan temperatur yang
berpengaruh paling rendah.
ü Tekstur penggantian tidak luas
(jarang terjadi).
ü Endapan bisa dekat atau pada
permukaan bumi.
ü Kebanyakan teksturnya berlapis atau
berupa (fissure-vein).
ü Struktur khas yang sering terjadi
adalah “cockade structure”.
ü Asosiasi mineral logamnya berupa Au
dan Ag dengan mineral “gangue”-nya berupa Kalsite dan Zeolit disamping Kuarsa.
Adapun bentuk-bentuk endapan mineral
dapat dijumpai sebagai proses endapan hidrotermal adalah sebagai Cavity
filling. Cavity filling adalah proses mineralisasi berupa pengisian ruang-ruang
bukaan (rongga) dalam batuan yang terdiri atas mineral-mineral yang diendapkan
dari larutan pada bukaan-bukaan batuan, yang berupa Fissure-vein,
Shear-zone deposits, Stockworks, Ladder-vein, Saddle-reefs, Tension crack
filling, Brecia filling (vulkanik, tektonik dan collapse), Solution cavity
filling (caves dan Channels), Gash-vein, Pore-space filling, Vessiculer
fillings.
5. Proses Replacement (Metasomatic
replacement)
Adalah prsoses dalam pembentukan
endapan-endapan mineral epigenetic yang didominasi oleh pembentukan
endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan sangat penting dalam grup epitermal.
Mineral-mineral bijih pada endapan metasomatic kontak telah dibentuk oleh
proses ini, dimana proses ini dikontrol oleh pengayaan unsur-unsur sulfide dan
dominasi pada formasi unsur-unsur endapan mineral lainnya. Replacement
diartikan sebagai proses dari larutan yang sangat penting berupa pelarutan
kapiler dan pengendapan yang terjadi secara serentak dimana terjadi penggantian
suatu mineral atau lebih menjadi mineral-mineral baru yang lain. Atau dapat
juga diartikan bahwa penggantian mineral membutuhkan ion yang tidak mempunyai
ion secara umum dengan zat kimia yang digantikan. Penggantian mineral yang
dibawa dalam larutan dan zat kimia yang dibawa keluar oleh larutan dan merupakan
kontak terbuka yang terbagi atas : Massive, Lode fissure, dan Disseminated.
6. Proses Sedimenter
Terbagi atas endapan besi, mangan, phosphate, nikel dan lain
sebagainya.
7. Proses Evaporasi
Terdiri dari evaporasi laut, danau dan air tanah.
8. Konsentrasi Residu dan Mekanik
Terdiri atas :
ü Konsentrasi Residu berupa endapan
residu mangan, besi, bauxite dan lain-lain.
ü Konsentrasi Mekanik (endapan
placer), berupa sungai, pantai, alluvial dan eolian.
9. Supergen enrichment
10. Metamorfisme
Terbagi atas endapan endapan termetamorfiskan dan endapan
metamorfisme.
C. Mineral Pembentuk Batuan
Mineral-mineral pembentuk batuan dapat dibedakan atas :
1. Felsic mineral
Tersusun dari mineral-mineral yang
berwarna terang dan cerah serta mempunyai berat jenis kecil atau ringan.
Contohnya :
a) Quartz (Kuarsa)
Mineral kuarsa memiliki sistem
kristal hexagonal (prisma, bipyramid dan kombinasinya. Rumus kimia tau
komposisi kimia dari kuarsa adalah SiO2. berat jenis dari mineral ini adalah
2,65 dengan tingkat kekerasan (H) bernilai 7. Warna pada kuarsa dapat jernih
atau keruh bila terdapat bersama feldspar, sering terdapat inklusi dari gas,
cairan atau mineral pengotor didalamnya, yang merupakan unsur pengotor dan
sangat mempengaruhi warna pada kuarsa, sehingga dari warna yang ditunjukkan
dapat diperkirakan kemurnian kuarsa tersebut. Tidak terdapat belahan pada
kuarsa. Dan kuarsa juga banyak digunakan dalam industri, khususnya yang
berkaitan dengan gelas (kaca).
Kuarsa atau kadang disebut “silika”.
Adalah satu-satunya mineral pembentuk batuan yang terdiri dari persenyawaan
silikon dan oksigen. Umumnya muncul dengan warna seperti asap atau “smooky”,
disebut juga “smooky quartz”. Kadang-kadang juga dengan warna ungu atau
merah-lembayung (violet). Nama kuarsa yang demikian disebut “amethyst”, merah
massip atau merah-muda, kuning hingga coklat. Warna yang bermacam-macam ini
disebabkan karena adanya unsur-unsur lain yang tidak bersih.
b)
Feldspar
Feldspar dapat digolongkan kedalam dua golongan besar, yaitu
:
1. Alkali
feldspar yang terdiri dari orthoklas, mikroklin, sanidine,
anorthoklas,
pertite, dan antipertite.
2. Plagioklas
feldspar yang terdiri dari albite, oligoklas, andesine, labradorit,
bytownite dan anorthite (calsic).
Pada praktikum yang dilakukan dengan
cara megaskopis (tanpa alat bantu), feldspar ini hanya dapat dibedakan menjadi
Alkali feldspar (dominasi Orthoklas) dan Plagioklas.
c)
Orthoclase
(Potassium feldspar)
Orthoklas adalah anggota dari
mineral feldspar. Orthoklas (Potassium feldspars) adalah mineral silicate yang
mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya prismatik, umumnya berwarna merah
daging hingga putih.
Rumus kimia atau komposisi kimia
Orthoklas ini adalah KaISi3O8. Berat jenis mineral ini adalah 2,6 dengan
kekerasan 6. Sistem kristalnya adalah monoklin, mempunyai kilap kaca, dan
perawakan yang membutir. Orthoklas ini digunakan sebagai bahan baku dalam
industri keramik.
d)
Plagioklas
feldspar
Mineral Plagioclase adalah anggota
dari kelompok mineral feldspar. Mineral ini mengandung unsur Calsium atau
Natrium. Kristal feldspar berbentuk prismatik, umumnya berwarna putih hingga
abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang mengandung Natrium dikenal dengan mineral
Albite, sedangkan yang mengandung Ca disebut An-orthite.
Sistem kristal dari plagioklas ini
adalah triklin dengan berat jenis 2,26-2,76. plagioklas ini mempunyai nilai
kekerasan 6 dan mempunyai belahan berbentuk kembaran. Komposisi kimia dari
mineral ini adalah NaCaAl2Si3O8.
2. Mafic mineral, tersusun dari mineral-mineral yang
berwarna gelap dan mempunyai berat jenis besar atau berat.
Contoh : Olivin, Amphibole dan Piroksin.
a)
Olivine
((Mg,Fe)2SiO4)
Olivine adalah kelompok mineral
silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe) dan magnesium (Mg). Mineral olivine
berwarna hijau, dengan kilap gelas, terbentuk pada temperatur yang tinggi.
Mineral ini umumnya dijumpai pada batuan basalt dan ultramafic. Batuan yang
keseluruhan mineralnya terdiri dari mineral olivine dikenal dengan batuan
Dunite. Olivine kadang-kadang juga disebut crysoline.
Olivine mempunyai kenampakan kilap kaca dan nilai
kekerasan(H) 5,5-7,0. mineral ini memiliki berat jenis (SG) 3,27-4,27. Pada
umumnya olivine ditemukan pada batuan beku basa seperti gabbro, basalt,
peridotite dan dunite.
b)
Piroksin
Piroksin merupakan kelompok mineral
silikat yang kompleks dan memiliki hubungan erat dalam struktur kristal,
sifat-sifat fisik dan komposisi kimia walaupun mereka mengkristal dalam dua
sistem yang berbeda, yaitu orthorhombic dan monoklin. Secara struktur, piroksin
terdiri dari mata rantai yang tidak ada habisnya dan tetrahedral SiO4 yang
diikat bersama-sama secara lateral oleh ion-ion logam Mg dan Ca yang berikatan
dengan oksigen, dan tidak berikatan langsung dengan silicon.
c)
Amphibole
(Horblende)
Amphibole adalah kelompok mineral
silikat yang berbentuk prismatik atau kristal yang menyerupai jarum. Mineral
amphibole umumnya mengandung besi (Fe), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan
Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O). Hornblende tampak berwarna hijau
tua kehitaman. Mineral ini banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan
batuan metamorf.
3. Mica
Mica adalah kelompok mineral silicate minerals dengan
komposisi yang bervariasi, dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe),
aluminum (Al) , silicon (Si) dan air (H2O). Struktur mika adalah tipe
tetrahedron dalam lembar-lembar. Tiap SiO4 mempunyai tiga oksigen dan satu
oksigen bebas., sehingga komposisi dan valensinya diwakili oleh (Si4O10)ˉ4.
4. Feldspatoid
Mineral feldspatoiid ini juga
disebut sebagai pengganti feldspar, dikarenakan mineral ini terbentuk bila
dalam sebuah batuan tidak cukup terdapat SiO2. Bila dalam suatu batuan
terdapat SiO2 (kuarsa) bebas, maka yang akan terbentuk adalah feldspar dan
tidak akan terbentuk feldspatoid. Mineral-mineral yang termasuk feldspatoid
adalah nepheline, leusite, sodalite, scapolite, carcrinite dan analcite. Namun
yang umunya dapat ditemukan hanyalah nepheline dan leucite.
5. Nepheline (KNaAl2Si2O4)
Nepheline adalah sebuah mineral yang
termasuk dalam sistem kristal hexagonal, walaupun bentuknya jarang dijumpai,
umumnya massif dan fine grain. Warna dari mineral ini adalah putih kekuningan
sampai abu-abu kemerahan. Nilai kekerasan nepheline adalah 5,5 sampai dengan 6
dengan berat jenis (SG) 2,55 sampai 2,65. Kilap pada nepheline adalah kilap
kaca, namun ada juga yang memiliki kilap minyak. Belahan permukaannya berbentuk
prisma yang terdapat dalam kristal-kristal besar. Nepheline sering ditemukan
dalam bentuk “dike” pada batuan beku.
6. Leucite (KaISi2O8)
Mineral leucite termasuk dalam
system isometric dalam bentuk umumnya adalah trapezohedron. Leucite ini
memiliki bentuk kecil dan halus, dan terkenal dengan nama fine grain matrix.
Nilai kekerasan pada mineral leucite ini adalah 5,5 sampai dengan 6 dan nilai
berat jenis 2,45 sampai dengan 2,5. warna leucite umumnya adalah putih
keabu-abuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang dapat
kita petik dari pembahasan di atas yakni :
1. mineral adalah suatu zat yang terdapat dialam dengan
komposisi kimia yang khas, bersifat homogen, memiliki sifat-sifat fisik dan
umumnya berbentuk kristalin yang mempunyai bentuk geometris tertentu.
2.Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu
tentang mineral. Mulai dari pembagian atau penggolongan mineral, pengenalan
sifat-sifat mineral, pendeskripsian mineral dan semua hal yang berkaitan dengan
mineral.
3. Adapaun sifat-sifat mineral secara teori tersebut adalah
:
1. Suhu
Kohesi
2. Reaksi
Terhadap Cahaya
3. Perawakan
Kristal
4. Sifat
Kelistrikan
5. Sifat
Radioaktivitas
6. Gejala
Emisi Cahaya
7. Bau dan
Rasa
4.Proses pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki
nilai ekonomis, maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan
dipelajari mengenai proses pembentukan, keterdapatan serta pemanfaatan dari
mineral-mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis dapat diketahui
bagaimana keberadaannya dan keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi
mineralnya yang biasanya tidak bernilai ekonomis.
B. Saran
Semoga apa yang ada di dalam makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Makalah yang membahasan tentang mineral
ini mengajarkan kita tentang bagaimana peting mineral bagi kehidupan. Dan karena
didalam isi makalah ini mungkin masih ada yang perlu di benarkan, maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar